Sejarah Negara Vietnam Selatan

Vietnam Selatan pernah menjadi negara merdeka selama dua dekade, dengan Saigon sebagai ibu kotanya. Negara ini berdiri dari 1955 hingga 1975 dan dikenal sebagai Republik Vietnam. Ia didukung oleh Amerika Serikat dan tergabung dalam Blok Barat selama Perang Dingin.

Republik Vietnam lahir setelah Vietnam terbagi dua akibat Konferensi Jenewa 1954. Vietnam Utara dipimpin oleh komunis Ho Chi Minh, sementara Vietnam Selatan dikuasai kelompok anti-komunis yang didukung Prancis dan AS. Pemimpinnya: mantan kaisar Bảo Đại, lalu digantikan oleh Ngô Đình Diệm.

Ngô Đình Diệm memproklamasikan Republik Vietnam pada 26 Oktober 1955 setelah menang dalam referendum yang dianggap penuh kecurangan. Pemerintahannya berakhir tragis pada 1963, ketika ia digulingkan dan dibunuh dalam kudeta militer yang didukung CIA.

Konflik pun membara. Gerilyawan komunis yang dikenal sebagai Viet Cong melancarkan pemberontakan di Selatan dengan dukungan senjata dari Vietnam Utara, Tiongkok, dan Uni Soviet. Amerika Serikat pun turun tangan, mengirim lebih dari 500.000 tentara pada puncak perang.

Perang Vietnam mencapai titik genting saat Ofensif Tet pada 1968. Meski pasukan komunis gagal mengambil alih kota-kota besar, peristiwa ini mengguncang opini publik Amerika dan mempercepat proses penarikan pasukan dari wilayah konflik.

Pada tahun 1973, tercapailah Perjanjian Damai Paris yang menjanjikan gencatan senjata. Namun kenyataannya, pertempuran kembali pecah. Vietnam Utara melancarkan invasi besar-besaran dan pada 30 April 1975, Saigon jatuh ke tangan komunis.

Dengan jatuhnya Saigon, Republik Vietnam resmi bubar. Setahun kemudian, tepatnya 2 Juli 1976, Vietnam Utara dan Selatan dilebur menjadi satu negara: Republik Sosialis Vietnam. Saigon pun berganti nama menjadi Kota Ho Chi Minh.