Vietnam – Jika harga minyak dunia naik 10 dolar AS per barel akibat konflik Israel-Iran, inflasi di Vietnam bisa meningkat sebesar 0,6 persen. Ini menurut laporan MUFG, salah satu lembaga keuangan terbesar Jepang.
Vietnam menjadi negara kedua dengan dampak inflasi terbesar di Asia setelah Thailand. Kenaikan harga minyak menambah tekanan inflasi dan mempersempit ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Laporan MUFG dilansir dari Saigon Times mencatat nilai tukar dong Vietnam telah melemah 0,4 persen sejak harga minyak Brent naik mendekati 79 dolar AS per barel. Negara-negara pengimpor energi seperti Filipina dan India juga menghadapi risiko defisit neraca berjalan yang melebar.
Baca juga: Vietnam Wajibkan Simpan Arsip Video Livestream
Sementara itu, Malaysia justru diuntungkan dari lonjakan harga minyak karena statusnya sebagai pengekspor minyak dan gas. Keseimbangan perdagangannya membaik, dan nilai tukar ringgit lebih stabil.
MUFG memperingatkan, jika Selat Hormuz—jalur distribusi sepertiga minyak dunia—terganggu, harga minyak bisa melonjak lebih tinggi. Negara-negara pengimpor energi akan menghadapi tekanan ekonomi besar, terutama dengan ruang fiskal dan moneter yang semakin terbatas.
Pemerintah Vietnam menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dan inflasi tahunan dalam kisaran 4–4,5 persen. Untuk menghadapi risiko global, Perdana Menteri Pham Minh Chinh menyerukan langkah responsif dan fleksibel dalam mengelola kebijakan moneter, nilai tukar, serta pengendalian harga.